top of page

TEKS FABEL 

KARYA ISTIMEWA tahun ajaran 2019/2020

Tak Ada yang Berbeda

              Di sebuah hutan yang lebat hiduplah dua merak bersaudara, yaitu Seo dan Sena. Seo adalah seekor merak yang memiliki bulu yang sangat cantik dan berwarna indah. Dia mempunyai adik, bernama Sena yang cukup berbeda. Sena berbulu gelap dan berbadan bulat. Seo  dan Sena tinggal bersama ibu mereka di dekat danau. Hampir setiap hari mereka pergi ke danau untuk bermain dan membersihkan diri.

              Suatu hari yang sejuk, Seo dan Sena pergi ke danau. Tiba-tiba Lee si burung Beo yang sombong datang dan berkata, “Hei Seo! Kamu kok mau sih bermain dengan Si jelek itu? Harusnya Kamu itu bermain denganku yang sama cantiknya!”

​

​

​

​

​

​

 


 

 

 

 

 

 

 

                    Sumber gambar: https://www.dailymotion.com

             

          “Aku gak mau main sama kamu. Sena adalah adikku. Aku sangat senang bermain dengannya. Dia sangat baik dan lucu! Dan dengar Beo! Jangan sekali-kali menghina adikku lagi!” jawab Seo dengan sangat jengkel.

Matahari mulai terik, Seo dan Sena berjalan menuju sungai untuk mencari air. Di sana mereka bertemu dengan teman-teman Seo.

            “Hai Seo. Siapa dia? Apakah dia temanmu?” tanya salah satu dari teman Seo.

            “Bukan. Dia adikku.”

            “Mengapa dia tidak sepertimu. Hahahhaa. Tidak mirip. Kau sangat indah sedangkan dia…” sambal tertawa kecil.

           “Heh! Jaga ucapanmu!”

           “Ups… Maaf. Aku hanya mengatakan fakta,” sambal tertawa.

           “Sudahlah Kak, aku memang berbeda darimu,” sambal menunduk.

           “Pergi sana! Pergi!” teriak Seo.

           Teman-teman Seo pun pergi meninggalkan mereka.

           “Maafkan aku Kak. Gara-gara aku kakak selalu diejek oleh mereka. Maafkan aku,” kata Seno sambal menangis.

            “Sudah, Dik. Jangan berkata seperti itu. Itu bukan salahmu,” sambal mengusap air mata Sena.

Langit biru cerah telah berubah keemas an. Seo dan Sena segera pulang. Saat melewati kerumunan binatang, mereka melihat banyak hewan yang berbisik-bisik.

           “Lihatlah merak itu, kok mau sih dia main sama si jelek itu?” tanya Riki si ayam kepada Rara si Kura-kura.

Mendengar hal itu Sena langsung berlari meninggalkan Seo.

Sampai di rumah, Sena menangis tersedu-sedu. Ibunya mendengar tangisan Sena, ibunya menghampiri Sena dan berkata, “Nak, kenapa Kau menangis?”

           “Ibu kenapa  semua orang membenciku dan tidak mau berteman denganku? Apakah aku ini jelek?” tanya Sena kembali pada ibu.

Ibunya berkata, “Nak, semua hewan  itu sama, tidak ada yang cantik maupun jelek. Sudah jangan menangis lagi!”

           Suatu sore Sena sedang menyendiri di dekat pohon besar di perbatasan wilayah mereka. Tiba-tiba ia melihat kawanan hyena dari kejauhan. Ia segera berlari dengan kencang. Selama ia berlari, ia berteriak dengan kencang bahwa kawanan Hyena mendekat.

           “Awasa da Hyena. Awas,” teriaknya sambal berkeliling wilayahnya.

Semua merak dan binatang di sana langsung berlari dan mencari persembunyian. Sena yang sering menyendiri dan berjalan-jalan di hutan sangat hafal dengan wilayahnya. Ia mengajak para binatang bersembunyi di sebuah goa di balik sungai.

          “Ayo ikuti aku,” teriak Sena.

         “Adik, apakah kau benar-benar tahu tempat bersembunyi?” tanya Seo.

         “Iya Kak. Aku tahu. Ayo bantu aku mengarahkan mereka,” jawabnya dengan tegas.

Semua binatang yang tidak dapat terbang jauh pun mengikuti Sena dan bersembunyi dalam goa. Para burung mengamati dari atas pohon.

        “Para burung. Dengarkan aku, Amati para hyena dari atas. Jika mereka sudah melewati daerah ini, berilah kabar pada kami. Pastikan mereka benar-benar jauh. Barulah berikan aba-aba,” Sena menjelaskan sambal bernapas berat.

        “Baik Sena!” jawab burung-burung serentak.

Benar apa yang dikatakan oleh Sena. Tak lama setelah mereka bersembunyi, datanglah kawanan hyena yang lapar. Mereka mencari makanan kesana-kemari tapi tidak dapat menemukannya.

Setelah beberapa jam akhirnya kawanan Hyena pergi.

        “Mereka sudah pergi cukup jauh. Kita aman,” teriak para burung.

        Para binatang pun keluar dari tempat persembunyian. Mereka selamat berkat Sena.

        “Sena, maafkan aku. Selama ini aku telah memandang remeh padamu,” kata seekor merak.

        “Aku juga Sena. Maaf dan terima kasih. Kau pahlawan kami,” sahut Si Beo.

        “Sama-sama teman-teman,” jawab Sena sambal tersenyum Bahagia. Baru kali ini dia merasa semua orang tersenyum dengan tulus padanya.

        “Kau hebat sekali, Adik. Kakak bangga sekali,” teriak Seo sambal memeluk adiknya.

         Dari kisah Seo, Sena, dan Lee, kita dapat belajar satu hal. Kita tidak boleh mengejek orang lain karena fisiknya karena semua ciptaan Tuhan itu sama berharganya dan pasti memiliki kelebihan masing-masing.

 

Karya   : Wahdatin Suroyya

bottom of page