TEKS FABEL
KARYA ISTIMEWA tahun ajaran 2019/2020

Si Manis Hutan Rimba

Di balik pohon yang besar hiduplah seekor kelinci yang sangat manis. Kelinci itu sering dijuluki Si Manis Hutan Rimba. Dia tinggal di sebuah hutan. Namun, dia tidak sendiri. Dia tinggal bersama ibunya dan dua adiknya yang masih kecil. Menurut Si Manis, Ibunya sangat cerewet sehingga membuat Si Manis tidak betah berada di rumah. Adiknya pun hanya membuat dia jengkel karena selalu membuat kondisi rumah berantakan.
Langit semakin cerah, si manis telah terbangun dari tidurnya.
“Manisss bersihkan rumah dan cari air di sungai!” teriak ibu. Si manis menyahuti, “Aku masih mengantuk, Bu.”
“Kau ini, selalu bermalas-malasan. Anak malas itu hanya bisa jadi beban dan tidak berguna nanti. Kau juga terlalu lama tidur. Lagipula Kau kemarin hanya banyak bermain. Ayo bantu ibumu ini. Ayo segera bangun. Atau mau Ibu tarik telingamu? Cepat bangun, Ibu harus segera mengurus adik-adikmu ini,” kata Ibu Si Manis tanpa jeda.
“Iya Ibuuuuuuuuu,” jawab Si Manis dengan sangat jengkel.
“Huh, dasar adik-adik yang tidak berguna. Mengapa mereka yang sering membuat kotor tapi aku yang membersihkan?” Si Manis manis segera membersihkan rumah dengan wajah yang sebal.
Setelah selesai, Si Manis segera pergi untuk bermain.
“Ibu, aku pergi bermain dulu,” teriak Si Manis sembari melompat keluar rumah.
“Jangan jauh-jauh, Nis. Jangan terlalu lama. Kemarilah sebentar, dengarkan Ibu,” teriak ibu dari dalam rumah.
Si Manis segera pergi dan kabur dari ibunya. Ia pergi sangat jauh karena kejengkelannya.
"Aku harus bermain cukup lama hari ini. Aku akan pergi jauh. Sudah cukup aku mendengarkan Ibuku,” kata Si Manis dalam hati. Si Manis melompat dengan sangat cepat. Karena terlalu cepat, saat di perjalanan Si Manis tidak sadar ada sebuah lubang yang cukup dalam di balik semak-semak. Si Manis pun jatuh ke dalam lubang itu.
”Tolong tolong!” teriaknya. Si Manis merasa sangat ketakuan. Di dekat lubang itu ada seekor Serigala.
“Hai siapa di situ? Aku akan menolongmu,” kata serigala.
“Tolong aku. Tolonga aku. Aku Si Manis Hutan Rimba. Aku terjebak di sini,” saut Si Manis.
“Pegang tali ini dengan erat. Aku akan menariknya,” kata Serigala.
“Sudah ku pegang,” jawab Si Manis.
Si Manis pun berhasil lepas dari lubang itu berkat bantuan Si Serigala.
“Terima kasih, Tuan karena telah menolong saya. Siapakah nama Tuan?” tanya Si Manis. Si Manis memang tidak pernah pergi sejauh itu. Ia belum mengenal daerah hutan yang lain sehingga banyak hewan yang belum pernah ia temui.
“Tak usah dipikirkan. Aku hanya ingin menolongmu,” kata Serigala.
“Kau baik sekali, Tuan,” Si Kelinci tersenyum.
“Apakah kau suka buah-buahan? Ayo ayo kutunjukkan tempat terbaik yang pasti akan membuatmu senang.”
“Benarkah? Ayo tunjukkan padaku,” kata Si Manis bersemangat. Serigala pun mengajak Si Manis ke dekat sungai. Di sana sangat subur dan banyak makanan.
“Indah sekali tempat ini, Tuan. Aku belum pernah pergi ke sini. Banyak sekali buah dan airnya sangat jernih.”
“Kau bisa bermain di sini sepuasnya. Tidak akan ada yang mengganggumu.”
“Benar, Tuan. Aku akan senang berada di sini.”
Di rumah Si Manis, Ibu mulai cemas. Hingga larut malam Si Manis belum kunjung pulang. Ibunya meangis dan berusaha mencari Si Manis.
Dua hari berlalu. Si Manis termenung. Ia mulai ingat pada ibunya. Ia mulai rindu pada adik dan teman-temannya. Ia memang tenang berada di sana, tapi ia merasa kesepian. Si Serigala hanya datang beberapa saat dan tidak dapat diajak bermain.
“Hai, Si Manis. Apakah kau senang di sini?” tiba-tiba datang Serigala.
“Iya, Tuan. Tapi, aku juga rindu pada teman-temanku dan adikku.”
“Oh… itu mudah. Ajak saja mereka semua kemari. Kau aka medapatkan semua yang kau inginkan.”
“Wah, itu benar sekali. Aku akan mengajak mereka bermain di sini.”
“Baiklah. Aku pemilik tempat ini mengizinkanmu,” kata Serigala sambil tersenyum lebar.
“Terima kasih banyak, Tuan.”
“Ayo, biar ku antar kau ke tempatmu. Aku juga akan mengajak adik-adikku. Supaya kau aman dan tidak kesepian.”
“Wah, terima kasih. Kalian sangat baik. Tidak seperti ibuku. Ia selalu memarahiku. “
Mereka pun segera pergi ke daerah kelinci. Para Serigala berjalan pelan mengikuti gerak Si Manis.
Sesampainya di daerah kawanan kelinci, Serigala pun terlihat sangat bahagia.
“Terima kasih Si Manis, kau telah mengantarkanku pada makananku. Hahahhaha…”
“Makanan? Apa maksud, Tuan?”
Tiba-tiba ada seekor kelinci tua yang melihat para Serigala itu berteriak, “Awas. Ada Serigala. Awas! Lari!”
Semua kelinci pun berhamburan melarikan diri. Para Serigala berlari menangkap mereka dan memangsanya.
Si Manis dengan cepat segera menuju rumahnya untuk bertemu ibunya.
“Ibu ayo cepat pergi. Ada Serigala yang memangsa para penduduk,” kata Si Manis sambil menangis kencang.
“Mengapa mereka bisa tahu tempat persembunyian kita ini?” tanya Ibu sambil gemetar.
“Ini salahku, Bu. Ayo cepat pergi.”
Mereka pun berlari sekuat tenaga dan bersembunyi di sebuah goa kecil dari tumpukan batu.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa seperti apapun cara Ibumu berbicara, semuanya adalah demi kebaikanmu. Kita juga tidak boleh meniru Serigala yang licik dan tidak tulus hati.
​
Karya: Ike Octavia Anggareni
